Cara Menakar Efektivitas Komitmen Dan Keterlibatan Manajemen

menghitung efektivitas komitmen dan keterlibatan manajemen

Komitmen manajemen tidak boleh hanya berhenti pada ucapannya saja. Tentu akan sangat mudah sekali bagi pihak manajemen unuk mengatakan mereka mempunyai komitmen serta keterlibatan yang tinggi terhadap aspek K3. Lalu apakah benar kenyataannya demikian? Dan sejauh mana efektivitasnya? Bagaimana orang lain akan menilai seorang manajer yang berkomitmen terhadap K3?

Para atasan manajer perlu untuk menakar efektivitas komitmen para manajemen secara periodik guna untuk memeriksa apakah hal yang dikatakannya sudah dilakukan. Hal ini tentu akan sangat penting sekali untuk menjamin tumbuhnya kepercayaan dari para pekerja bahwasanya pihak manajemen perusahaan tersebut benar-benar serius untuk meningkatkan aspek K3. Berikut adalah 4 (empat) hal yang perlu diuji kebenarannya, yaitu:

1. Apakah Manajer melakukan apa yang diucapkannya?

Sangat sering dijumpai bahwa manajer tidak selalu melakukan apa yang diucapkannya, contohnya:
  • Sering tidak membahas K3 ataupun juga kurang serius membahas K3 pada saat pertemuan operasional. 
  • Tidak memberikan contoh langsung, misalnya apabila ada sampah berserakan manajer perlu untuk menunjukkan kepada pekerja dan langsung membuang sampah tersebut pada tempatnya. Atau ketika manajer melihat suatu pekerja dilakukan dengan tidak benar maka manajemen harus segera turun untuk mengoreksi kondisi tersebut guna untuk memperlihatkan komitmennya yang tinggi dan juga meyakinkan para pekerja bahwa tidak ada toleransi pada terjadinya penyimpangan prosedur.
  • Tidak mengunjungi atau menunda kunjungan lapangan.

Pemenuhan ketentuan K3 juga harus 100% dan tidak boleh kurang supaya kecelakaan bisa dihindarkan. Dan untuk meningkatkan hal ini seorang manajer lini selaku safety & Health Leader haruslah melakukan hal sebagai berikut:
  • Konsisten datang ke lapangan.
  • jika ada halangan penting maka waktu kunjungan lapangan haruslah dengan segera digantikan.
  • Manajer jangan pernah mengucapkan suatu hal yang tidak bisa dilakukannya.


2. Prioritas K3 

Sering diberitahukan bahwa K3 merupakan prioritas nomor satu. Dan pada kenyataannya, pada lapangan hal ini belum dilaksanakan dengan baik oleh manajer, contohnya:
  • Pemasangan alat instrumentasi pengukur temperatur tinggi dan sistem alarm ditunda karena ada biaya lain yang dianggap lebih penting.
  • K3 tidak menjadi pertimbangan dalam sistem promosi.
  • Pemeriksaan peralatan ditunda guna untuk memenuhi target operasi.

Berikut ada beberapa hal juga yang perlu dilakukan untuk bisa mengatasi masalah prioritas K3 ini adalah:
  • Menjadikan aspek K3 menjadi yang pertama dibahas pada agenda peretemuan sehingga tercermin bahwa aspek K3 menjadi bagian dari bisnis inti.
  • Apabila ada konflik prioritas produksi dengan K3 maka lebih baik mendahului aspek K3, pujilah para pekerja yang telah melaksanakan aspek K3 dengan  baik tepat didepan koleganya.
  • Para manajer perlu untuk memeriksa potensi permasalahan pada aspek K3 dengan menggunakan matriks risiko.
  • Apabila aspek K3 tidak dimasukkan kedalam budget, maka penyebabnya juga harus disampaikan dengan terus terang.


3. Terkait dengan peningkatan motivasi K3

Manajer sering mendelegasikan tanggung jawab pada bawahannya. Menyalahkan korban dn bukannya melakukan indetifikasi kegagalan sistem dan akar permasalahan. Tidak menanyakan isu-isu K3, dan juga tidak senang mendengarkan informasi buruk mengenai penerapan K3 dan malah menyalahkan pembawa berita. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan oleh manajer untuk meningkatkan motivasi:
  • Kunjungi lapangan secara perorangan dan juga meminta pekerja untuk membantu menunjukkan kondisi dan juga perilaku tidak aman.
  • Menyampaikan hal dilakukan manajer untuk aspek K3 dan juga mengapa hal tersebut dilakukan.


4. Suasana saling mempercayai

Tentu akan sering muncul perasaan saling curiga diantara atasan dan juga bawahan. Dari masing-masing pihak merasa tidak melakukan aspek K3 dengan tidak konsisten dan langsung mencurigai atasan atau bawahannya melakukan pelanggaran Aspek K3. Untuk mengatasi rasa saling curiga antara atasan dan bawahan, seorang manajer perlu untuk melakukan hal sebagai berikut:
  • Mengakui apabila membuat sebuah kesalahan layaknya seorang manajer.
  • Apabila tidak bisa mengerjakan sesuatu dilapangan katakan dengan sejujurnya.
  • Dengan konsisten memperlihatkan prioritas aspek K3 akan memperbaiki tingkat kepercayaan.

Dengan cara melakukan pemeriksaan komitmen secara periodik, maka perbaikan dalam komitmen serta juga pada keterlibatan manajemen secara nyata akan menunjukkan hasil dan meningkat.
Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
1 komentar