Mengidentifikasi Frasa, Ciri Frasa dan Kalimat

apa itu frasa dan contohnya

Apakah kamu melakukan kegiatan membaca? Memahami frasa dan kalimat dalam setiap paragraf berarti berlatih memahami dan menafsirkan isi wacana. Pada kegiatan ini, kamu diminta mampu mengidentifikasi frasa dan kalimat sebagai langkah awal dalam memahami bentuk dan isi wacana.

Frasa

Frasa dapat diidentifikasi melalui kriteria ciri-ciri penandanya atau melalui paradigma kaidah/kelaziman.

Ciri-ciri frasa antara lain: 

1.Frasa dapat berdiri sendiri, misal:
(Siapa yang di perpustakaan itu?) siswa multimedia
(Kapan dia meminjam buku?) kemarin pagi


2.Di antara konstituennya dapat disisipkan kata (frasa dapat diperluas)
Contoh:
berlari cepat = berlari dengan cepat

3.Urutan kata dalam frasa bersifat kaku, tidak dapat dibalik susunannya, dan jika ada kemungkinan berpindah secara utuh, perpindahan tersebut tetap mempertahankan urutan katanya. Misalnya: mobil baru, tidak dapat berubah menjadi baru mobil. Hal ini berbeda dengan klausa atau kalimat. Unsur-unsurnya dapat berubah/berpindah tempat.
Misal: Mobilnya baru

Dapat dibalik susunannya menjadi :
Baru mobilnya.

4.Frasa seringkali memiliki tanda fonologis. Dalam bahasa Indonesia, kata terakhir dalam frasa umumnya mempunyai tekanan yang lebih keras daripada kata-kata lain dalam frasa tersebut. Namun, pada dasarnya frasa hanya diucapkan dalam satu intonasi karena hakikat sebuah frasa adalah sebuah kesatuan. Sebaliknya, sebuah kalimat selalu diucapkan dalam dua intonasi karena kalimat tersebut pada hakikatnya terbagi atas dua bagian, yaitu pokok/topik yang berfungsi sebagai subjek dan sebutan/komentar yang berfungsi sebagai predikat.

Berdasarkan Paradigma/Kaidah Kelaziman

Untuk menguji kebenaran suatu frasa, kita dapat menggunakan analisis paradigma. Frasa yang akan diuji kebenarannya dicari polanya yang dipakai sebagai dasar pembentukannya. Bila ada, berarti frasa tersebut benar, tetapi bila tidak ada, berarti kebenarannya diragukan atau bahkan tidak berterima.
Contoh:
Pengusaha mobil = orang yang menjual mobil
Pengusaha sapi = orang yang menjual sapi

Bagaimana dengan pengusaha wanita? Kalau kita beranalogi dengan pola frasa di atas, pengusaha wanita ialah orang yang mengusahakan/menjual wanita. Akan tetapi, bila yang dimaksud adalah wanita yang berprofesi sebagai pengusaha, seharusnya bentuk/konstruksi frasanya adalah wanita pengusaha. Melihat bentuk tersebut, maka seharusnya terdapat pula konstruksi frasa wanita pemimpin, wanita polisi, wanita pencuri, dan lain-lain.
Contoh lain:
Penampilan yang menarik (frasa) 
Penampilannya menarik 
    Pokok/S        Sebutan/P 

Kalimat

Menurut Ramlan (1981: 25), kalimat ditentukan oleh satuan bentuk dan satuan makna. Berdasarkan bentuknya, kalimat terdiri atas satu kata atau lebih yang diakhiri dengan intonasi selesai. Contoh:
  1. Bakso!
  2. Dia tersenyum.
  3. Oh!
  4. Kemarin dilaksanakan pameran buku secara besar- besaran di lapangan olah raga Gaya Baru.
  5. Dodi belajar di perpustakaan.
  6. Mengapa jadi begini?
  7. Datanglah mereka!
  8. Panti asuhan.

Pernyataan-pernyataan di atas merupakan contoh kalimat walaupun ada yang terbentuk hanya dari satu kala saja. Jika dari segi bentuk dan makna sudah memenuhi ciri sebagai kalimat, pernyataan tersebut pun tergolong kalimat. Berdasarkan fungsinya, kalimat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh.

Kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain Pola intonasi kalimat berita seperti berikut. 3 //(2) 3 1#; (2) 3// (2) 3 //(2) 3 #
Contoh:
Belajarlah mereka dengan tekun.

Kalimat tanya berfungsi untuk menanyakan sesuatu. Perbedaannya terletak pada intonasinya.
Intonasi kalimat tanya adalah: (2)3 / (2) 3 2#
Contoh:
Syifa belum bangun?
Mengapa mereka tidak berangkat hari ini?

Kalimat suruh dibagi lagi menjadi kalimat suruh yang sebenarnya, kalimat persilahan, kalimat ajakan, dan kalimat larangan.

A. Kalimat suruh yang sebenarnya ditandai oleh pola intonasi suruh.
Contoh:
Berbaringlah! 
Bacalah buku itu!

B. Kalimat persilahan ditandai oleh pola intonasi suruh dan kata silakan.
Contoh:
Silakan datang ke rumahku!
Dipersilakan Tuan mengambil buku sendiri. 

C. Kalimat ajakan mengharapkan suatu tanggapan yang berupa tindakan.
Contoh:
Marilah kita jaga kesehatan.
Ayo kita bermain sepak bola.

D. Kalimat larangan ditandai oleh pola intonasi suruh ditambah kata jangan.
Contoh:
Jangan suka menyakiti hati orang lain!
Janganlah engkau berangkat sendiri! 

Berdasarkan ada tidaknya klausa, kalimat dibagi menjadi dua, yaitu kalimat sederhana dan kalimat luas.
A. Kalimat sederhana
Kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa.
Contoh:
Pengusaha itu berusia 60 tahun.
Dia mengeluarkan amplop dari saku bajunya. 

B. Kalimat luas
Kalimat luas adalah kalimat yang tersusun dari dua klausa atau lebih.
Contoh:
Rumah itu bagus, namun pekarangannya tidak terpelihara.
Ia mengunci sepedanya, lalu masuk kesebuah toko.
Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
Posting Komentar