Mengidentifikasi Kata, Bentuk Kata, dan Ungkapan Berdasarkan Paradigma/Analogi

penjelasan bentuk kata, ungkapan kata

Dalam kegiatan membaca, kita perlu memahami kata dan bentuk kata/ungkapan yang terdapat di dalamnya. Dengan memahami dan mengidentifikasinya. kita dapat memahami dan menafsirkan wacana dengan sempurna. Pada pembahasan kali ini diharapkan kamu dapat mengidentifikasi kata, bentuk kata, dan ungkapan berdasarkan kriteria yang menandainya.

Bentuk-Bentuk Kata

4 macam bentuk kata
Bentuk-Bentuk Kata

Berdasarkan proses morfologis, kata dibedakan atas (1) kata dasar, (2) kata berimbuhan, (3) kata ulang, (4) kata majemuk. Kata dasar/bentuk asal ialah kata yang tidak mengalami proses morfologis (tidak mengalami proses afiksasi).

Kata dasar merupakan satuan yang paling kecil yang menjadi asal suatu bentuk kompleks (kata jadian). Kata dasar berbeda dengan bentuk dasar. Bentuk dasar adalah satuan. Baik tunggal ataupun kompleks yang dimana menjadi suatu dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Kata berimbuhan/kata jadian/kata turunan, yaitu kata yang telah mengalami proses afiksasi, seperti kata berpakaian.

Contoh:
Kata berpakaian terbentuk dari kata dasar pakai yang mendapat afiks an sehingga menjadi pakaian. Kemudian, kata tersebut mendapat afiks ber- menjadi berpakaian. Bentuk dasar berpakaian adalah pakaian, sedangkan kata dasarnya adalah pakai.
Kata ulang adalah kata yang merupakan hasil proses reduplikasi (proses pengulangan). Contoh bentuk-bentuk pengulangan, antara lain anak-anak, besar-besar, pagi pagi dan sebagainya. Jenis-jenis pengulangan antara lain:
  • Pengulangan berimbuhan: bersalam-salaman, berdesak- desakan.
  • Pengulangan kata dasar: berlari-lari, bertiga-tiga, memukul-mukul dan sebagainya.
  • Pengulangan dengan perubahan bunyi, disebut juga pengulangan/penggandaan dengan salin suara: warna- warni, lauk-pauk
  • Pengulangan/penggandaan hanya pada suku awal disebut juga kata ulang dwipurwa. Contoh: lelaki, tetangga, leluhur.

Dalam hal ini, dapat dilihat dari contoh-contoh di atas bahwa vokal suku awal dilemahkan menjadi /e/.
Fungsi reduplikasi:
  • menyatakan jamak (jumlah tidak tetap/tidak tentu): peraturan-peraturan, siswa-siswa
  • menyatakan jamak dan bermacam-macam: buah-buahan
  • menyatakan hal menyerupai/tiruan sesuatu: langit-langit, kuda-kudaan, pohon-pohonan
  • menyatakan agak/melemahkan sesuatu yang disebut dalam kata dasar: pening-pening, kekanak-kanakan
  • menyatakan intensitas: kuat-kuat, setinggi-tingginya
  • menyatakan resiprokal: tolong-menolong, pukul-memukul
  • menyatakan kolektif: tiga-tiga, ketiga-tiganya

Kata majemuk adalah kata yang merupakan hasil proses komposisi (penggabungan). Maksudnya, penggabungan dua kata yang menimbulkan kata baru. Sebagai kata baru. kesatuan tersebut mempunyai satu makna baru, sedangkan makna lama dari bagian-bagiannya hilang. Kata sifat atau sebuah kata lain yang menjelaskan kesatuan baru tersebut tidak lagi menjelaskan bagian-bagiannya, tetapi menjelaskan seluruh kesatuan tersebut.

Penulisan kata majemuk menurut EYD ada dua macam. yaitu kata majemuk yang ditulis serangkai dan kata majemuk yang ditulis terpisah, misalnya rumah sakit dan matahari.

Mengenai makna kata majemuk, dapat dipahami sebagai berikut.
A. Makna kata majemuk dapat ditelusuri asal usulnya.
Contoh: unjuk rasa

B. Bila makna dari gabungan tersebut memunculkan makna baru yang tidak dapat ditelusuri atau tidak ada sangkut pautnya, maka gabungan kata tersebut dinamakan idiom.
Contoh: kaki tangan

C. Urutan komponennya seolah-olah telah menjadi satu sehingga tidak dapat ditukar tempatnya.
Contoh suami istri, ganti rugi

D. Dalam hal ini, kata majemuk berbeda dengan frasa. Hubungan penggabungan dalam frasa lebih longgar karena dapat disisipi kata lain. Contoh: suami eva dapat menjadi suami dari eva.

Perubahan Makna

Kata Makna kata dapat berubah seiring dengan perkembangan teknologi dan peradaban manusia. Perubahan tersebut dapat dilihat dari jumlah kosakata, makna kata, dan pergeseran makna. Berikut ditampilkan perubahan makna kata yang senantiasa dipengaruhi perubahan tingkat sosial penuturnya.

Macam-macam perubahan makna:

1. Generalisasi ataupun perluasan adalah salah satu proses perubahan makna yang dimana membuat sebuah kata mengalami perluasan makna dari makna sebelumnya yang telah ada di masa lampau.
Contoh:

Kata Makna Kata Makna Kini
Ayah Bapak Semua orang dewasa yang berkedudukan lebih tinggi, tuan
Saudara Seibu sebapak Orang sama derajat kedudukannya

2. Spesialisasi/pengkhususan adalah perubahan makna yang membuat makna sebuah kata menjadi menyempit (dari makna sebelumnya).
Contoh:

Kata Makna Kata Makna Kini
Sarjana Cendekiawan Semua orang dewasa yang berkedudukan lebih tinggi, tuan
Pendeta Orang pandai/pintar Ulama Kristen
Sastra Tulisan Karya seni bahasa
3. Ameliorasi (yang berasal dari bahasa Latin melior yang berarti lebih baik), yaitu proses perubahan makna yang mengesankan makna baru dianggap lebih baik atau tinggi nilainya daripada makna lama. Contoh:
  • bini = istri
  • bunting = hamil
  • buta huruf = tuna aksara

4. Peyorasi
Peyorasi adalah suatu proses perubahan makna kata dari yang semula bermakna baik menjadi lebih rendah. Peyorasi berasal dari bahasa Latin pejos yang berarti jelek/buruk.
Contoh:
  • meninggal = mampus
  • anda = engkau
  • tunakarya = pengangguran

5. Sinestesia
Sinestesia ialah perubahan makna yang terjadi sebagai akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berlainan.
Contoh:
  • Masakan ibu ini sedap sekali.
  • Bunga kenanga itu harum baunya.

Kata sedap dan harum termasuk tanggapan indera perasa. Akan tetapi, kata-kata tersebut dapat bergeser sebagai indera pendengar seperti contoh berikut ini:
  • Suara ibu putri sedap benar
  • Namanya sudah harum

6. Asosiasi
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi sebagai akibat persamaan sifat.
Contoh:
  • Benalu adalah tumbuhan parasit (tumbuhan)
  • Apa kerja benalu di sini? (pengganggu)

Kata-Kata Serapan

apa itu kata serapan
Kata-Kata Serapan

Salah satu cara untuk membentuk kata baru adalah dengan cara menyerap bahasa asing. Bahasa asing yang diambil menjadi kosakata bahasa Indonesia diserap dan digunakan sesuai dengan EYD yang berlaku. Kata serapan juga berfungsi sebagai pemerkaya perbendaharaan kosakata bahasa Indonesia.

Berdasarkan taraf integrasinya, unsur-unsur dari bahasa lain tersebut dibedakan atas dua golongan. Pertama, golongan unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia. Meskipun dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, unsur tersebut ditulis dan diucapkan seperti dalam bahasa asalnya, seperti reshuffle, shuttle cock, dan I'exploitation de I'hommer par I'homme. Kedua, golongan unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Proses penyesuaian diusahakan agar mengubah ejaan hanya seperlunya sehingga antara bentuk Indonesia dan bentuk asalnya masih dapat dibandingkan.
Contoh:
  • aquarium = akuarium (q menjadi k)
  • crystal = kristal (c menjadi k, dan y menjadi i)
  • photocopy = fotokopi (ph menjadi f, c menjadi k, y menjadi i)

Salah satu masalah adalah perihal penulisan kata-kata serapan dari bahasa asing. Penyerapan kata-kata asing ke dalam bahasa Indonesia harus mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku. Bahasa Indonesia tidak mempunyai konsonan kembur maupun vokal kembar yang melambangkan bunyi panjang. Oleh karena itu, setiap unsur serapan yang berkonsonan kembar, harus dijadikan konsonan tunggal. Hal-hal yang membuat konsonan kembar harus dihilangkan:

1. Bahasa Indonesia tidak mengenal bunyi panjang.
Setiap unsur serapan yang bervokal konsonan kembar yang melambangkan bunyi panjang harus dijadikan vokal konsonan tunggal.
Contoh:
  • accumulation = akumulasi
  • effective = efektif
  • commission = komisi
  • octaaf = oktaf
  • cartoon = kartun
  • provoost = provos

Pada kasus kata zoology, vokal panjang /oo/ tidak dihilangkan karena tidak melambangkan bunyi panjang, melainkan merupakan suku kata dari kata zoo.

2. Dalam bahasa Indonesia, tidaklah terdapat suku akhir yang ditutup dengan kelompok konsonan yang dimana tidak menandakan bunyi tunggal. Oleh karena itu, setiap unsur serapan yang suku akhirnya ditutup dengan kelompok konsonan (lebih dari satu konsonan) harus diubah menjadi suku yang ditutup dengan satu konsonan saja. Ini berarti satu huruf dilambangkan dengan satu tanda, dapat berwujud tanda tunggal (monograf), seperti a, b, dsb, dapat juga berwujud tanda kembar (digraf) seperti ng, ny, sy, kh.
Contoh:
  • cent = sen
  • effect  = efek
  • president = presiden

Kata spectrograph berubah menjadi spektograf karena /ph/ adalah sebuah konsonan digraf yang melambangkan bunyi tunggal /f/.

3. Dalam bahasa Indonesia tidak terkandung konsonan bersuara yang menduduki posisi akhir suku kata ataupun juga menjadi penutup dari suku akhir. Oleh karena itu, setiap unsur serapan, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing yang berpenutup, suku konsonan bersuara harus diubah menjadi konsonan tak bersuara.
Contoh:
  • gerobag = gerobak
  • cacad = cacat
  • manteb = mantap

4. Penulisan kata-kata dalam bahasa Indonesia cenderung didasarkan pada pengucapannya. Oleh karena itu, setiap unsur serapan yang termasuk golongan kedua di atas, penulisannya didasarkan pada pengucapannya dalam bahasa Indonesia. Adapun kaidah penyesuaian yang dapat dijadikan pedoman adalah sebagai berikut.
Huruf Lafal Ditulis Contoh
aa a a Octaaf menjadi oktaf
ae ae ae Aerodinamics menjadi aerodinamika
ae e e Haemoglobin menjadi hemoglobin
c k k Cartoon menjadi kartun
c s s Central menjadi sentralf
ea ea ea Idealist menjadi idealis
ea é e Idea menjadi ide
ee é e Stratosfeer menjadi stratosfer
gh g g Sorghum menjadi sorgum
ie i i Politiek menjadi politik
ie ié ie Patient menjadi pasien
oo o o Provoost menjadi provos
oo oo oo Zoology menjadi zoologi
oa oa oa Coaxial menjadi koaksial
oa o o Goal menjadi gol
ou u u Contour menjadi kontur
ph f f Phase menjadi fase
q k k Frequency menjadi frekuensi
Rh r r Rhapsody menjadi rapsodi
sc sk sk Scandium menjadi skandium
x x x Xylophone menjadi xilofon
x ks ks Executive menjadi eksekutif
y y y Yoga menjadi yoga
y i i Dynamo menjadi dinamo

Kata serapan masuk ke dalam bahasa Indonesia melalui empat cara, yaitu adopsi, adaptasi, penerjemahan, dan juga kreasi.

Cara adopsi terjadi apabila pemakai bahasa mengambil bentuk dan makna kata asing secara keseluruhan. Kata supermarket, plaza, dan hotdog merupakan cara penyerapan adopsi.

Cara adaptasi terjadi apabila bahasa hanya mengambil makna kata asing, sedangkan ejaan atau cara disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia. Kata-kata seperti pluralisasi, akseptabilitas, maksimal, dan kado adalah contoh kata serapan adaptasi.

Kata-kata tersebut mengalami perubahan ejaan dari bahasa asalnya (pluralization, acceptability dari bahasa Inggris; maximal dari bahasa Belanda; dan cadeu dari bahasa Perancis). Pedoman pengadaptasiannya adalah Pedoman Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.

Cara penerjemahan terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep yang terkandung dalam bahasa asing, kemudian dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Kata-kata seperti  percepatan, proyek rintisan, uji coba, dan tumpang-tindih adalah kata-kata yang lahir karena proses penerjemahan dari bahasa Inggris acceleration, pilot project, try out, dan Overlap.

Cara kreasi terjadi apabila pemakai bahasa mengambil konsep dasar yang ada dalam bahasa sumbernya, kemudian mencari padanannya dalam bahasa Indonesia. Meskipun sekilas mirip penerjemahan, namun cara terakhir ini memiliki perbedaan. Cara kreasi tidak menuntut bentuk fisik yang mirip seperti pada penerjemahan. Boleh saja kata yang dalam bahasa aslinya ditulis dalam dua atau tiga kata, sedangkan bahasa Indonesia-nya hanya satu kata saja, misalnya:
  • berhasil guna = effective
  • ulang alik = shuttle
  • suku cadang = spare parts

Sinonim dan Antonim

lawan kata dan persamaan kata
Antonim dan Sinonim

Sinonim adalah kata yang memiliki makna yang sama. Kata sinonim berasal dari kata syn yang berarti sama, dan onoma yang berarti nama. Dalam ilmu bahasa murni, keberadaan sinonim tidak diakui. Tiap kata diyakini memiliki makna yang berlainan walaupun saling tumpang tindih dengan kata yang lain. Tumpang tindih tersebut membuat konsep sinonim muncul dan diterima di masyarakat luas.

Hal-hal yang menyebabkan munculnya sinonim:
1. karena proses serapan (borrowing): muncul akibat penerimaan kata-kata baru yang sebenarnya sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Contoh:
  • Hasil = Prestasi, Produksi

Sinonim terjadi karena menerima dua bentuk/lebih dari sebuah bahasa donor atau menerima beberapa bentuk dari beberapa bahasa donor, seperti buku, kitab, dan pustaka; sekolah dan madrasah; reklame, iklan, dan advertensi.

2. karena penyerapan kata kata daerah ke dalam bahasa Indonesia. Jarak dan wilayah mempengaruhi pembentukan kosakata walaupun referennya sama.
Contoh:
  • Tali - tambang
  • parang - golok

3. karena makna emotif (nilai rasa) dan evaluatif. Makna kognitif dari sebuah kata yang bersinonim tetaplah sama, hanya saja nilai evaluatif dan nilai emotifnya cenderung berbeda.
Contoh:
  • ekonomis - hemat - irit
  • dara - gadis - perawan

Selain itu, terdapat istilah antonim yang berarti lawan makna. Kata-kata yang berantonim memiliki makna yang berlawanan arah seperti
Contoh:
  • suami - istri
  • guru - murid
  • laki - laki - perempuan.
Berbagi
Suka dengan artikel ini? Ajak temanmu membaca :D
Posting Komentar